KATAK
HENDAK MENJADI LEMBU
Karya
Nur Sutan Iskandar
Oleh
Jaya Paul
SYNOPSIS NOVEL
Haji
Hasbullah dengan berat hati harus menerima lamaran Haji Zakaria
yang hendak mengambil Zubaidah untuk mejadi istri anaknya yang bernama
Suria. Haji Hazbullah berat menerima lamaran, sebab sebenarnya sudah mempunyai
calon untuk Endah anaknya itu, yaitu Raden Prawira, seorang Manteri Polisi.
Keberatan Haji Hazbullah yang lainnya, karena Suria di mata Haji
Hazbullah dianggap sebagai seorang pemuda yang pongah, sombong, foya-foya,
serta egois. Tapi karena Haji Zakaria adalah teman karibnya, jadi dia tak kuasa
menolak ketika Haji Zakaria datang hendak melamar Endah sebagai
menantunya.
Ketakutan
Haji Hazbullah memang terbukti, kelakuan Suria tidak berubah sedikitpin. Apalagi
setelah ayahnya, Haji Zakaria meningggal dunia, Suria kerjanya hanya
berfoya-foya saja, anak istrinya tidak dia hiraukan. Malah lebih jauh lagi,
Zubaidah, istrinya yang dia tinggalkan selama tiga tahun padahal istrinya
baru saja melahirkan anaknya, yang mereka berinama Abdlhalim. Suria baru
kembali kembali kepangkuan istrinya, setelah harta warisan ayahnya itu sudah
habis dia menggunakanya untuk berfoya-foya itu. Dia memohon dan meminta maaf
sama Zubaedah agar dia diterima lagi dalam keluarga itu. Permohonan
dikabulkan oleh Zubaedah karena rasa kasihan dan berharap
bahwa memang betul-betul Suria nantinya akan merubah tingkah lakunya yang
kurang baik itu. Kemudian Suria bekerja sebagai juru tulis di kantor asisten
kabupaten. Penghasilan pas-pasan, sehingga sulit untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari keluarganya. Sebagai orang tua yang baik, Haji Hazbullah
membantu anaknya dengan cara menyekolahkan Abdullah ke sekolah Belanda.
Penghasilan
Suria sebenarnya masih sangat pas-pasan. Tapi kelakuan Suria masih tetap saja
tak berubah-berubah, sifatnya yang keras kepala, tak tahu malu, serta
selalu masih merasa sebagai seorang bangsawan yang kaya dan dihormati
masih saja tertanam dalam kepalanya. Biar dilihat oleh orang-orang bahwa
dia termasuk keluarga mampu, kedua anaknya, adik Abdulhalim yaitu
Saleh dan Aminah oleh Suria di sekolahkan ke HIS Bandung. Padahal
Zubaedah pusing akibat kelakuan sumainya yan tidak tahu diri itu. Mereka suka
bertengkar mulut, sebab secara diam-diam Zubaedah mengeluh pada ayahnya dan
minta dikirimi uanga agar bisa bayar hutang.
Rupanya
Suria sudah punya rencana sendiri kenapa dia selalu acuh tak acuh. Tak lama
lagi Suria akan diangkat menjadi Klerek karena ada lowongan untuk itu dia
telah melayangkan lamaran untuk lowongan itu. Dia begitu yakin akan dterima.
Karena yakin Suria bernai membeli barang-barang lelang
dikantornya, yang tentu saja dengan hutang sebagainya. makin lama hutangnya
makin menggunung saja. Yang lebih fatal lagi, rupanya Suria telah mengambil
uang kas negeri negeri guna keperluan yang tak pernah terpuaskan
itu. Kelakuannya ketahuan atasannya sehingga dia dipanggil. Waktu
dipanggil itu, karena memang sudah direncanakan, dia sudah menyiapkan surat
berhenti setelah berhenti menggelapkan uang kas negara maka dia akan membawa
anak istrinya pindah ke rumah Abdullhalim anaknya. Dia sudah menulis surat
kepada anaknya itu bahwa dia dan istrinya hendak tinggal di rumah
Abdullhalim.
Sebagai
anak yang hendak berbakti kepada orang tuanya, jelas Abdullhalim tak merasa
keberatan kalau kedua orang tuanya bermaksud tinggal di rumahnya. Setelah
beres-beres, Suria dan istrinya langsung berangkat ke rumah Abdulhalim.
Rupanya tingkah laku pola Suria betul-betul tak pernah berubah, walaupun dia
jelas-jelas tinggal di rumah anaknya dan sekaligus menantunya itu, namun Suria
merasa dialah sebagai kepala rumah tangga dalam rumah tangga itu. Yang paling
menderita melihat tingkah laku Suria yang diluart batas itu adalah
Zubaedah. Hatinya hancur lebur, karena kehidupan keluarganya berantakan
akibat ulah suaminya itu. Akibatnya Zubaedah sakit-sakitan sampai
meninggal dunia dengan menanggung penderitaan batin yang teramat dalam.
Kesadaran
Suria baru muncul, yaitu ketika istrinya meninggal itu. Dia merasa malu yang
dalam , karena telah mengganggu kedamaian kehidupan Zubaedah istrinya itu.
Karena merasa malu dan menyesal, Suria kemudian mengambil keputusan
meninggalkan keluarganya dan pergi entah ke mana tanpa tujuan. Dia
hilang pergi entah kemana, dengan membawa semua penyesalan, malu serta segala
kesombongan dan keangkuhan yang sudah mendarah daging itu.
Yogyakarta, 1 Agustus 2005
RESENSI NOVEL
Judul : Nilai Kehidupan Novel
Klasik
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 2008
Jumlah Halaman : 224 halaman
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 2008
Jumlah Halaman : 224 halaman
“Katak Hendak Jadi Lembu” adalah novel
klasik yang mengandung nilai-nilai kehidupan dari sepasang suami istri bernama Raden
Suria dan istrinya Zubaidah. Novel ini menceritakan tentang kehidupan Suria
yang hanya bekerja sebagai mantri kabupaten tetapi bertingkah bagai orang yang
paling berkuasa di daerahnya layaknya seekor katak yang ingin berubah menjadi
lembu sangat sesuai dengan judul novel tersebut.
Novel karangan Nur Sutan Iskandar ini,
menggunakan alur maju mundur (digresi) karena awalnya pengarang mengenalkan
situasi dan tokoh cerita, lalu kembali menceritakan kejadian masa lalu ketika
Suria dijodohkan dengan Zubaidah, kemudian kembali memaparkan cerita yang
menuju konflik. Sehingga digunakannya alur maju mundur (digresi) ini,
memudahkan pembaca untuk mengetahui awal penyebab konflik sebelum mengetahui
konflik yang terjadi. Sedangkan puncak konflik yang digunakan adalah “sad ending” karena diceritakan bahwa Suria
akhirnya meninggal dunia.
Adapun tokoh utama novel ini adalah Zubaidah
sebagai istri Suria dengan watak protagonis memiliki sifat yang sabar, patuh
terhadap suami dan sangat menyayangi ketiga anaknya Abdulhalim, Saleh dan Enah.
Sedangkan lawan mainnya Suria dengan watak antagonis memiliki sifat sombong,
tinggi hati dan tidak layak ditiru oleh pembaca semakin menambah kehebatan isi
cerita.
Meskipun novel ini dikarang oleh pengarang
yang berasal dari daerah Minangkabau, akan tetapi pengarang mampu menulis novel
yang kuat dengan menghadirkan latar tempat dan latar sosial masyarakat Pasundan
seperti yang dikatakan oleh Maman S. Mahayana seorang kritikus sastra. Hal ini
dibuktikan bahwa pengarang menceritakan adat yang berlaku di Pasundan bahwa
seorang anak gadis harus bersedia menikah dengan seseorang pilihan orang tuanya
bukan kehendak dirinya sendiri. Selain itu pengarang terlihat piawai memainkan
bahasa Sunda seperti “kabodoan” berarti tertipu, ”ngigel” berarti menari,
”semah” berarti tamu dan juga bahasa Belanda seperti “binnelandsch bestuur”
berarti pemerintahan dalam negeri, “hulpschrijver” berarti juru tulis pembantu.
Pasundan adalah latar tempat yang digunakan
dalam novel ini. Kesedihan, kekesalan, ketegangan dan keharuan menjadi latar
suasana yang selalu menghiasi cerita. Hal ini dibuktikan ketika Zubaidah
menangis memohon agar suaminya, Suria tidak lagi boros terhadap keuangan rumah
tangga. Suasana keharuan ketika Suria diusir oleh anaknya, Abdulhalim karena tabiatnya
yang buruk kemudian jatuh miskin dan akhirnya meninggal dunia menyusul
istrinya.
Novel yang terdiri dari 224 halaman ini
menggunakan sudut pandang orang serba tahu karena tidak adanya penggunaan kata
“aku” dalam menceritakan suatu kejadian.
Adapun kekurangan dalam novel ini adalah
gambar sampul yang terkesan sederhana karena tidak menggunakan ilustrasi gambar
sehingga terlihat tidak menarik, penggunaan peribahasa seperti …”telunjuk
lurus,kelingking berkait…”
Adapun kelebihan novel ini dari segi fisik
menggunakan kertas putih yang enak untuk dibaca, meski novel klasik tetapi
tidak kalah hebat dengan novel modern. Selain itu novel ini banyak mengandung
amanat seperti kita tidak boleh sombong dan tinggi hati, kita tidak boleh
boros, kita tidak boleh diperbudak oleh harta dan jabatan, kita tidak boleh
menambah beban kedua orang tua ketika telah menikah karena semua yang kita
miliki di dunia ini hanya “teman dikala hidup dan musuh dikala mati” artinya
semua ini hanya titipan Tuhan Yang Maha Esa.
Dapat disimpulkan bahwa novel ini layak
dibaca oleh orang dewasa dan remaja sedangkan untuk anak-anak novel ini
menggunakan bahasa yang baku dan sulit untuk dimengerti.
Analisis
Resensi :
- Judul Resensi : Nilai Kehidupan Novel Klasik.
- Judul buku yang diresensi : Katak Hendak Jadi Lembu
- Penulis Resensi : Jaya Paul
- Amanat yang bisa dipetik :
a. Tidak boleh
sombong dan tinggi hati. (alenia 1 dan alenia 8)
b. Kita tidak
boleh boros. (alenia 5 dan alenia 8)
c. Manusia
tidak boleh diperbudak oleh harta dan jabatan. (alenia 8)
d. Kita harus ingat bahwa semua yang kita miliki di dunia hanyalah
titipan Tuhan Yang Maha Esa. (alenia 8)
No comments:
Post a Comment